Pages

Selasa, 15 November 2011

Kuskus Beruang




KUSKUS BERUANG
Suku: Phalangeridae
Nama Latin: Ailorps ursinus
Nama Lokal: Kuse / kuhe (Tolaki)
Status Konservasi: IUCN; rentan / vulnerable
CITES
PP no 7 th 1999 dilindungi pemerintah RI
Identifikasi :
Kuskus beruang ukuran tubuhnya hampir seperti kucing atau bahkan bisa lebih besar. Panjang badan dan kepala adalah 56 cm (1), panjang ekornya 54 cm (2) dan beratnya dapat mencapai 8 kg
Warna tubuh jantan dan betina tidak ada perbedaan. Panjang ekor hampir sama panjang dengan panjang tubuh, bagian ekor ditumbuhi rambut dari pangkal sampai lebih dari setengah panjang total ekor, sisa ujung ekor yang tidak ditumbuhi rambut berwarana hitam, ujung ekor  ini sangat kuat dan dapat digunakan untuk bergelantungan atau melilit batang dahan pohon saat mencari makan (prehensil) dan dapat digunakan sebagai alat untuk menggantung yang menahan seluruh beban tubuh saat dengan posisi kepala di bawah saat mencari makan di pohon.

Daun telinga pendek, hampir tidak terlihat karena tersembunyi dibawah rambut-rambut kepala, bagian luar dan dalam telinga berambut. Warna dasar tubuh bagian atas adalah hitam pucat dengan rambut bagian punggung berwarna coklat kehitaman, beberapa rambut bagian tubuh lain berwarna kuning kecoklatan atau lebih pucat.

Perilaku
Pengamat yang jeli akan dapat melihat keberadaa kuskus beruang walaupun satwa ini relatif pendiam dan jarang bersuara. Sekali menemukan satwa ini maka pengamat akan dapat melakukan pengamatan dengan puas karena satwa ini bergerak sangat lamban. Kuskus beruang merupakan binatang yang pendiam, hampir-hampir tidak bersuara kecuali kalau terganggu. Kuskus beruang yang terganggu akan mengeluarkan suara decak yang disela dengan engahan keras.
Kuskus beruang membentuk kelompok kecil yang hanya terdiri dari induk dan bayi, kecuali pada musim kawin, kuskus beruang jantan dan betina dewasa biasanya hidup soliter.
Kuskus beruang bergerak lambat dari satu pohon ke pohon lainnya menggunakan ekor prehensilnya dan tangan serta kakinya
Kuskus beruang aktif pada siang hari (diurnal)Sebagian besar aktivitas hariannya banyak digunakan untuk beristirahat dan tidur, sedikit waktunya digunakan untuk makan dan mengutu (grooming), waktunya untuk berinteraksi juga sangat sedikit, kegiatan tersebut dilakukan sepanjang siang dan malam. Waktu istirahatnya yang banyak digunakan untuk mencerna selulosa dari dedaunan sebagai sumber makanannya yang mengandung sedikit nutrisi.


Reproduksi
Kuskus beruang betina dewasa dapat melahirkan satu-sampai dua kali dalam setahun
Kuskus beruang termasuk hewan berkantung (marsupial)Anak kuskus beruang lahir dalam keadaan sangat kecil dan akan langsung menuju kantung induknya untuk dibesarkan selama sekitar 8 bulan, setelah itu akan keluar dari kantong dan hidup bersama induknya sampai siap untuk mandiri.
Pengamat bisa melakukan pengamatan ditempat sumber pakan kuskus beruang. Untuk memperbesar peluang pertemuan dengan kuskus beruang
Makanannya terdiri dari daun dan buah, misalnya daun kayu kambing (Garuga floribunda), pohon mindi (Melia azedarach), kenanga (Cananga ordorata) dan buah rao (Dracontomelon dao dan D. Mangiferum)
Daun muda lebih disukai karna lebih mudah dicerna dan mengandung lebih sedikit tanin, tetapi sesekali daun yang lebih tua juga dimakan untuk memenuhi kebutuhan protein. Kadang-kadang bunga dan buah mentah juga dimakan untuk memenuhi kebutuhan protein.

Habitat
Kuskus beruang merupakan satwa yang menghabiskan banyak waktunya dikanopi pohon (arboreal) sehingga pengamat berpeluang dapat bertemu dengan kuskus beruang dihabitat utama dari satwa ini dikanopi bagian atas hutan hujan tropis Sulawesi

Kamis, 10 November 2011

Tarsius



TARSIUS SPECTRUM
Nama local : balao cengke
Nama inggris: Spectral Tarsier
Nama popular: tarsius
Family : Tarsiidae
Lokasi perjumpaan di kawasan : Pattunuang, Bantimurung, Karaenta, Tompobulu
Tarsius di kawasan taman nasional Bantimurung Bulusaraung merupakan jenis Tarsius spectrum. Tarsius merupakan primate terkecil di dunia, spesies ini tergolong dalam satwa dilindungi yang masuk dala Appendix II IUCN
TARSIUS SPECTRUM
a. Karakteristik
Sulawesi merupakan rumah sedikitnya 5 spesies tarsius, salah satu diantaranya yaitu Tarsius spectrum terdapat di TN BaBul (Gambar. II-9). Hal ini semakin menambah bobot taman nasional ini selain sebagai taman nasional dengan kawasan karst terluas di Indonesia juga sebagai gudang biodiversity satwa endemic Wallacea. Tarsius yang dalam bahasa lokal Suku Makassar, dikenal dengan nama Balau’ Cangke’ (balau=tikus; cangke=duduk) artinya sejenis tikus yang dapat duduk. Penduduk lokal di sekitar TN BaBul, sepintas mengenal tarsius menyerupai tikus, dan dapat duduk sambil berpegangan pada batang/ranting kayu. Tarsius merupakan jenis primata yang paling kecil bobot badannya, hanya sekitar 100 g. Seseorang yang melihat tarsius, kesan pertama yang muncul adalah lucu dan menarik. Pupil matanya yang sangat besar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, meyakinkan bahwa satwa ini aktif malam hari. Tarsius dapat memutar kepala dan lehernya 180 derajat tanpa menggerakkan badannya.

b. Habitat
Secara umum, tarsius dapat dijumpai di seluruh kawasan hutan TN BaBul, akan tetapi satwa ini lebih mudah dijumpai di sepanjang hutan riparian Pattunuang mencakup obyek wisata Bislap dan Gua Pattunuang, mulai dari HM 1000 sampai HM 2500, pada tebing karst dimana terdapat tumbuhan karst dan berbagai jenis liana. Habitat tarsius yang cukup bagus juga terdapat di kawasan hutan berbatasan dengan Kampung Pute dan Pappang. Kedua kampung ini merupakan kampung yang paling dekat dengan TN BaBul di bagian hulu Sungai Pattunuang. Tarsius juga dijumpai di kawasan hutan air terjun Bantimurung. Jenis tumbuhan yang dominan di kawasan hutan Bislap (Bisseang Labboro) dan Gua Pattunuang diantaranya Aren (Arenga pinnata), Kenanga (Canangium odoratum), Spathodea campanulata, Arthocarpus sp., Jabon (Antocephalus cadamba), Planchonia valida, berbagaii jenis beringin (Ficus spp.). Sedangkan di blok hutan Pute dan Pappang, habitat tarsius didominasi oleh Bambu (Bambusa spp.), terdiri dari beberapa jenis seperti bambu duri, bambu biasa, bulo karisa dan tellang. Rumpun bambu digunakan kelompok tarsius sebagai tempat tidur dan tempat berlindung (cover), dimana tarsius membangun sarang di bagian bawah rumpun bambu yang cukup rapat dan terlindung dari kemungkinan serangan predator, misalnya ular. Pada saat tidur, tarsius menempati bagian bawah rumpun bambu. Satwa ini keluar dari tempat tidurnya pada pukul 6 sore hari, kemudian mereka mencari makan serta berbagai aktivitas lainnya dan kembali ke tempat tidur/sarang sekitar pukul 5 dinihari. Tempat tidur tarsius dapat diketahui dengan mudah karena ketika keluar dari sarang, tarisus mengeluarkan suara sebagai penanda teritori, dan hal yang sama dilakukan ketika kembali ke sarang pagi hari. Sesekali suara tarsius dapat terdengar ketika mereka sedang mencari makan (foraging), memberitahu keberadaan dari pasangan masing-masing. Selain itu, keberadaan tarsius di suatu pohon atau rumpun bambu dapat diketahui dari bau urinenya yang sangat khas.

c. Perilaku
Seseorang yang masuk ke hutan, lebih sering mendengar suara tarsius daripada melihat satwa itu sendiri, karena itu hanya orang yang cukup pengalaman dengan tarsius yang dapat mengenali suara tarsius, apalagi suara satwa ini sepintas seperti suara serangga (nada crit-crit-crit……., secara repetitif) atau suara kelelawar kecil (microchiroptera) yang terbang malam hari. Tarsius aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal), makanan utamanya adalah berbagai jenis serangga yang aktif pada malam hari. Selain serangga, tarsius juga makan berbagai jenis reptilia kecil serta burung berukuran kecil dintaranya burung kacamata (Zosterops sp.).

Ketika mencari makan, tarsius mengintai mangsanya, sambil mengendap perlahan, kemudian secara tiba-tiba dengan gerakan yang sangat cepat menyergap mangsanya dengan cara kedua tangan memegang mangsa, dan kedua kaki membantu kedua tangan menekan mangsa sampai mangsa bisa dikuasai sepenuhnya. Seperti halnya jenis primata lainnya, tarsius dapat menggenggam sempurna mangsanya dengan kedua tangannya secara sempurna karena satwa ini memiliki lima jari tangan dan lima jari kaki. Pada jari kaki tengah, terdapat kuku yang menonjol, seperti gigi agak melengkung yang memudahkan tarsius mencengkram mangsanya. Karena makanan tarsius adalah berbagai jenis serangga, satwa ini tidak dianggap hama oleh petani dan pemilik kebun di sekitar hutan.

Tarsius hidup berpasangan atau membentuk kelompok kecil dimana dalam satu kelompok hanya terdapat satu ekor jantan dan betina dewasa. Apabila dalam satu kelompok terdapat lebih dari dua individu, maka dapat dipastikan bahwa kelompok tersebut terdiri dari jantan dan betina dewasa serta anak yang sudah beranjak dewasa dan anak yang masih kecil yang masih disapih oleh induknya. Setiap kelompok tarsius memiliki daerah teritori yang jelas, dimana teritori dapat ditandai dengan air seni dan kotorannya serta bau badannya. Teritori dijaga secara ketat dari masuknya kelompok tarsius yang lain, dimana pelanggaran teritori dapat menyebabkan perkelahian antar kelompok.

Rabu, 09 November 2011

patroli pengamanan kawasan


Pada Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Camba, dibagi dalam 4 wilayah Resort wilayah kerja yang terdiri dari, Resort Bantimurung, Resort Pattunuang/karaenta, Resort Camba, Resort Mallawa. Pada tiap-tiap Resort ditugaskan beberapa personil polhut guna menjalankan tugas pengamanan kawasan hutan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

          Disadari bahwa kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung terletak sangat  dekat dan berbatasan langsung dengan kawasan pemukiman dan dekat dengan akses jalan, maka dalam menjaga dan melakukan kegiatan pengamanan hutan agar nantinya tidak trjadi kegiatan maupun aktifitas yang dapat mengancam apalagi sampai merusak kelangsungan ekosistem hutan pada kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, maka peran polhut sangatlah penting walaupun disadari bahwa saat ini, jumlah personil polhut yang ada dilapangan dan luasan hutan yang harus diamankan dan dijaga sangatlah tidak seimbang , walaupun demikian para personil polhut yang ada dilapangan tetap memaksimalkan kegiatan pengamanan hutan dengan cara patroli secara gabungan dan bergantian ditiap resort dalam wilayah kerja Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Camba.

         

Selasa, 08 November 2011

Kawasan Wisata Bantimurung

Air Terjun “BANTIMURUNG”

Lokasi                         : Bantimurung, Maros
Atraksi Wisata             : Wisata Keluarga, Satwa, Wisata Tirta
Jarak tempuh               : 42 km dari kota Makassar
                                     20 km dari Bandara Hassanudin
Waktu tempuh             : 1 jam dari kota Makassar
                                     45 menit dari Bandara
Obyek wisata              : Gua Batu dan Gua Mimpi, Air Terjun, Kupu–Kupu, Kera Hitam, Kuskus
Akomodasi                  : Wisma, hotel, dapat ditempuh dengan angkutan umum
Fasilitas                       : Kolam Renang, Baruga, Wisma, Museum Kupu-kupu, pusat informasi
Gambaran umum:
Kompleks wisata air terjun bantimurung memiliki suguhan menarik sebagai alternative wisata alam keluarga. Tidak hanya air terjun, kompleks ini juga memiliki alternative wisat a menarik, gua yang terdiri dari dua gua alam yaitu gua batu dan gua mimpi. Bagi anda yang senang berenang anda bisa menikmati kolam renang di sekitar kompleks dengan berbagai macam ukuran.

Jika anda sekedar ingin duduk – duduk di pinggir air, anda bias menikmati panorama danau karst di danau Kassi Kebo.


BALAI TAMAN NASIONAL
BANTIMURUNG BULUSARAUNG

Jalan Poros Maros – Bone Km.12
Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan 90251
Email: btnbabul@btnbabul.org
(0411) 3880252