Pages

Kamis, 10 November 2011

Tarsius



TARSIUS SPECTRUM
Nama local : balao cengke
Nama inggris: Spectral Tarsier
Nama popular: tarsius
Family : Tarsiidae
Lokasi perjumpaan di kawasan : Pattunuang, Bantimurung, Karaenta, Tompobulu
Tarsius di kawasan taman nasional Bantimurung Bulusaraung merupakan jenis Tarsius spectrum. Tarsius merupakan primate terkecil di dunia, spesies ini tergolong dalam satwa dilindungi yang masuk dala Appendix II IUCN
TARSIUS SPECTRUM
a. Karakteristik
Sulawesi merupakan rumah sedikitnya 5 spesies tarsius, salah satu diantaranya yaitu Tarsius spectrum terdapat di TN BaBul (Gambar. II-9). Hal ini semakin menambah bobot taman nasional ini selain sebagai taman nasional dengan kawasan karst terluas di Indonesia juga sebagai gudang biodiversity satwa endemic Wallacea. Tarsius yang dalam bahasa lokal Suku Makassar, dikenal dengan nama Balau’ Cangke’ (balau=tikus; cangke=duduk) artinya sejenis tikus yang dapat duduk. Penduduk lokal di sekitar TN BaBul, sepintas mengenal tarsius menyerupai tikus, dan dapat duduk sambil berpegangan pada batang/ranting kayu. Tarsius merupakan jenis primata yang paling kecil bobot badannya, hanya sekitar 100 g. Seseorang yang melihat tarsius, kesan pertama yang muncul adalah lucu dan menarik. Pupil matanya yang sangat besar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, meyakinkan bahwa satwa ini aktif malam hari. Tarsius dapat memutar kepala dan lehernya 180 derajat tanpa menggerakkan badannya.

b. Habitat
Secara umum, tarsius dapat dijumpai di seluruh kawasan hutan TN BaBul, akan tetapi satwa ini lebih mudah dijumpai di sepanjang hutan riparian Pattunuang mencakup obyek wisata Bislap dan Gua Pattunuang, mulai dari HM 1000 sampai HM 2500, pada tebing karst dimana terdapat tumbuhan karst dan berbagai jenis liana. Habitat tarsius yang cukup bagus juga terdapat di kawasan hutan berbatasan dengan Kampung Pute dan Pappang. Kedua kampung ini merupakan kampung yang paling dekat dengan TN BaBul di bagian hulu Sungai Pattunuang. Tarsius juga dijumpai di kawasan hutan air terjun Bantimurung. Jenis tumbuhan yang dominan di kawasan hutan Bislap (Bisseang Labboro) dan Gua Pattunuang diantaranya Aren (Arenga pinnata), Kenanga (Canangium odoratum), Spathodea campanulata, Arthocarpus sp., Jabon (Antocephalus cadamba), Planchonia valida, berbagaii jenis beringin (Ficus spp.). Sedangkan di blok hutan Pute dan Pappang, habitat tarsius didominasi oleh Bambu (Bambusa spp.), terdiri dari beberapa jenis seperti bambu duri, bambu biasa, bulo karisa dan tellang. Rumpun bambu digunakan kelompok tarsius sebagai tempat tidur dan tempat berlindung (cover), dimana tarsius membangun sarang di bagian bawah rumpun bambu yang cukup rapat dan terlindung dari kemungkinan serangan predator, misalnya ular. Pada saat tidur, tarsius menempati bagian bawah rumpun bambu. Satwa ini keluar dari tempat tidurnya pada pukul 6 sore hari, kemudian mereka mencari makan serta berbagai aktivitas lainnya dan kembali ke tempat tidur/sarang sekitar pukul 5 dinihari. Tempat tidur tarsius dapat diketahui dengan mudah karena ketika keluar dari sarang, tarisus mengeluarkan suara sebagai penanda teritori, dan hal yang sama dilakukan ketika kembali ke sarang pagi hari. Sesekali suara tarsius dapat terdengar ketika mereka sedang mencari makan (foraging), memberitahu keberadaan dari pasangan masing-masing. Selain itu, keberadaan tarsius di suatu pohon atau rumpun bambu dapat diketahui dari bau urinenya yang sangat khas.

c. Perilaku
Seseorang yang masuk ke hutan, lebih sering mendengar suara tarsius daripada melihat satwa itu sendiri, karena itu hanya orang yang cukup pengalaman dengan tarsius yang dapat mengenali suara tarsius, apalagi suara satwa ini sepintas seperti suara serangga (nada crit-crit-crit……., secara repetitif) atau suara kelelawar kecil (microchiroptera) yang terbang malam hari. Tarsius aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal), makanan utamanya adalah berbagai jenis serangga yang aktif pada malam hari. Selain serangga, tarsius juga makan berbagai jenis reptilia kecil serta burung berukuran kecil dintaranya burung kacamata (Zosterops sp.).

Ketika mencari makan, tarsius mengintai mangsanya, sambil mengendap perlahan, kemudian secara tiba-tiba dengan gerakan yang sangat cepat menyergap mangsanya dengan cara kedua tangan memegang mangsa, dan kedua kaki membantu kedua tangan menekan mangsa sampai mangsa bisa dikuasai sepenuhnya. Seperti halnya jenis primata lainnya, tarsius dapat menggenggam sempurna mangsanya dengan kedua tangannya secara sempurna karena satwa ini memiliki lima jari tangan dan lima jari kaki. Pada jari kaki tengah, terdapat kuku yang menonjol, seperti gigi agak melengkung yang memudahkan tarsius mencengkram mangsanya. Karena makanan tarsius adalah berbagai jenis serangga, satwa ini tidak dianggap hama oleh petani dan pemilik kebun di sekitar hutan.

Tarsius hidup berpasangan atau membentuk kelompok kecil dimana dalam satu kelompok hanya terdapat satu ekor jantan dan betina dewasa. Apabila dalam satu kelompok terdapat lebih dari dua individu, maka dapat dipastikan bahwa kelompok tersebut terdiri dari jantan dan betina dewasa serta anak yang sudah beranjak dewasa dan anak yang masih kecil yang masih disapih oleh induknya. Setiap kelompok tarsius memiliki daerah teritori yang jelas, dimana teritori dapat ditandai dengan air seni dan kotorannya serta bau badannya. Teritori dijaga secara ketat dari masuknya kelompok tarsius yang lain, dimana pelanggaran teritori dapat menyebabkan perkelahian antar kelompok.

1 komentar:

Imaji mengatakan...

Tarsius emang super unik. Btw, omong-omong soal tarsius, di belitung agak sedikit beda loh guys.
Tarsius Bancanus Saltator - The Ancient Primate from Belitung

Posting Komentar