Pages

Jumat, 30 Desember 2011

Bantimurung objek wisata terbaik di sulawesi selatan



Kawasan wisata bantimurung adalah salah satu potensi wisata yang terdapat didalam Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dan dapat dikatakan sebagai obyek wisata terbaik di Sulawesi selatan. Kawasan wisata ini memiliki aksesibilitas yang cukup tinggi hingga wajarlah jika kawasan wisata ini begitu terkenal didaerah Sulawesi selatan dan menjadi tempat favorit ketika musim liburan telah tiba. Kawasan wisata bantimurung ini berjarak ± 42 Km dari Kota Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak ini dapat ditempuh selama ± 60 menit. Untuk pengunjung yang berasal dari luar provinsi atau pengunjung manca negara, kawasan Bantimurung berjarak ± 21 Km dari Bandar Udara Internasional Hasanuddin atau dapat dicapai dalam waktu ± 30 menit. Tersedia banyak fasilitas angkutan umum untuk dapat mencapai lokasi ini sepanjang hari.

Bantimurung tentunya memiliki banyak potensi yang dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjunginya baik lokal maupun manca negara. Di kawasan Bantimurung terdapat air terjun yang sudah sangat di kenal kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Obyek wisata ini merupakan idola masyarakat Sulawesi Selatan karena tingkat aksesibilitasnya yang tinggi. Kompleks wisata air terjun bantimurung ini memiliki suguhan menarik sebagai alternative wisata alam keluarga sehingga ketika weekend, musim liburan sekolah tempat ini selalu rame dipadati oleh pengunjung. 


Daya tarik Bantimurung berupa  segala potensi yang ada didalamnya termasuk wisata tirta, keanekaragaman hayatinya, panorama alamnya, fenomena tebing-tebing karstnya yang ideal untuk wisata alam minat khusus, Dari segi keanekaragaman hayati, kawasan wisata bantimurung ini dikenal dengan potensi Kupu-kupunya yang beranekaragam. Alfred Russel Wallace (1890) melaporkan bahwa ia menemukan 256 species Kupu-kupu dari kawasan Bantimurung. Berbeda dengan laporan tersebut, Mattimu (1977) melaporkan bahwa ada 103 jenis kupu-kupu yang ia temukan di hutan wisata Bantimurung, dengan jenis endemik antara lain adalah : Papilio blumei, P. polites, P. sataspes, Troides haliphron, T. helena, T. hypolitus, dan Graphium androcles. Achmad (1998) telah meneliti secara khusus habitat dan pola sebaran kupu-kupu jenis komersil di hutan wisata Bantimurung selama satu tahun. Ia juga menginformasikan bahwa kupu-kupu Troides haliphron dan Papilio blumei adalah dua jenis endemik yang mempunyai sebaran yang sangat sempit, yakni hanya pada habitat berhutan di pinggiran sungai.untuk memelihara kelestarian kupu-kupu ini, TN. Babul telah membuat sebuah penangkaran khusus yang diharapkan mampu menjadi tempat budidaya, peningkatan populasi dan sekaligus tempat penelitian dan pendidkan konservasi.

Kawasan wisata Bantimurung ini juga terkenal sebagai habitat beberapa species penting lain yang kondisi populasinya sudah semakin menurun di alam. Dare atau Kera Hitam Sulawesi (Macaca maura) adalah salah satu jenis primata endemik Sulawesi yang habitatnya meluas hampir di seluruh kawasan. 





Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) dan Kuskus Kecil (Stigocuscus celebensis) juga dapat ditemukan di dalam kawasan ini. Kuskus merupakan satu-satunya komponen mamalia Irian-Australia yang sebarannya sampai kekawasan Sulawesi (batas bagian Barat). Wirawan (1993) menginformasikan bahwa Kuskus yang berada diKaraenta adalah jenis endemik Sulawesi, yakni Kuskus Sulawesi (Strigocuscus celebencis) dan Kuskus Beruang (Ailurops ursinus). Musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii) adalah satwa yang terdiri dari satu genera dengan satu species, dan merupakan satwa endemic Sulawesi. Wirawan (1993) melaporkan bahwa Mastura (1993) telah menemukan satwa ini di wilayah Karaenta. Panjang kepala dan badannya kira-kira 1 meter, dengan panjang ekor 0,6 meter. Bagian tubuh atas (punggung) berwarna coklat muda sampai coklat tua, bagian bawah putih dengan dada kemerah-merahan dan bercak-bercak coklat di sisi kiri dan kanan badannya. Strip coklat dan coklat muda melingkari ekor. Musang ini memakan mamalia kecil dan buah-buahan.

Primata terkecil di dunia, Tarsius spectrum atau oleh masyarakat setempat diberikan nama Balao-cengke,belum lama ini juga dapat ditemukan dalam kawasan wisata ini. Panjang kepala dan badan satwa ini berkisar antara 8,5-16,0 cm, sedangkan ekornya bervariasi antara 13,5-27,0 cm. Kera mungil ini memiliki mata bulat yang besar, serta jari-jari yang panjang untuk berpegangan. Mereka hidup di pohon dan mencari makan (serangga dan binatang kecil lainnya) di malam hari. Hewan ini tergolong jenis hewan nocturnal.
 

 
Caving atau selusur gua juga dapat dilakukan di kawasan wisata ini yang sekaligus menjadikannya salah satu obyek wisata terbaik di Sulawesi selatan. Pada beberapa tempat dapat ditemukan gua yang mempunyai nilai arkeologis dan historis sehingga memungkinkan adanya kegiatan wisata, baik sebagai obyek wisata khusus gua maupun sebagai usaha untuk mengembangkan kegiatan speleologi serta wisata budaya. Menurut para ahli sejarah kepurbakalaan, gua-gua merupakan bekas hunian manusia beribu-ribu tahun silam, sebelum mereka mengenal cara membangun rumah tempat tinggal. Sampai saat ini, telah tercatat 16 buah gua yang ditemukan pada eks kawasan TWA. Bantimurung, yaitu antara lain : Gua Anjing (panjang lorong ± 60 m), Gua Bantimurung (panjang lorong ± 150 m), Gua Anggawati 1 (panjang lorong ± 170 m), Gua Towakala (panjang lorong ± 80 m), Gua Baharuddin (panjang lorong ±137 m), dan Gua Watang (panjang lorong ± 440 m).

Pada wilayah eks CA. Bantimurung terdapat 34 gua, satu diantaranya dan yang paling dikenal adalah Gua Mimpi yang panjangnya ± 1.415 meter dengan kedalaman ± 48 meter. Keseluruhan gua tersebut mudah dijangkau dan keindahannya sangat menarik. Di dalam gua terdapat stalaktit, stalakmit, flow-stone, helektit, pilar, dan sodastraw. Gua lainnya yang ditemukan pada eks CA. Bantimurung ini antara lain: Gua Lubang Air, Gua Lubang Kelu (panjang lorong ± 90 m), Gua Buttu (panjang lorong ± 500 m), Gua Nasir  (panjang lorong ± 800 m). Keseluruhan gua tersebut memiliki keindahan berupa stalaktit dan stalakmit serta sebagai tempat berkembang biak Burung Walet (Collocalia sp), kelelawar, laba-laba, lipan dan lain-lain.





Selain gua-gua tersebut di atas yang berpotensi untuk wisata alam selusur gua, pada kawasan TN.Babul dapat pula dilakukan selusur gua untuk tujuan wisata budaya. Kawasan arkeologis atau situs tersebut adalah kawasan yang mengandung peninggalan hasil budaya manusia di masa lalu atau cagar budaya yang harus diamankan, dilindungi dan dimanfaatkan. Pada dasarnya benda cagar budaya dan situs mempunyai fungsi sebagai bukti sejarah, sumber sejarah, obyek ilmu pengetahuan, cermin sejarah, media pembinaan nilai-nilai budaya, media pendidikan, media untuk memupuk kepribadian bangsa di bidang kebudayaan dan ketahanan nasional, serta obyek wisata budaya. Benda cagar budaya dan situs mempunyai hubungan dengan beberapa faktor kepentingan lain seperti riset ilmiah, seni yang kreatif, pendidikan, rekreasi dan turisme, representasi simbolis, pengesahan tindakan, integrasi dan kesetiakawanan sosial, keuntungan ekonomi dan moneter. Oleh karena itu benda cagar budaya dan situs perlu diupayakan perlindungan dan pelestariannya. Secara geologis, perbukitan karst yang ada di dalam kawasan

Beragam macam potensi wisata yang ada didalamnya mulai dari wisata tirta air terjun, aneka ragam kupu-kupu yang cantik hingga habitat kera hitam, kus-kus dan tarsius ditambah dengan kegiatan selusur gua menjadikan kawasan wisata bantimurung menjadi salah satu obyek wisata terbaik di Sulawesi selatan, fasilitas yang tersedia juga dianggap mampu mendukung kegiatan wisata yang berlangsung seperti kolam renang,baruga, wisma, museum kupu-kupu, penangkaran kupu-kupu, flying fox sampai tempat jajanan makanan dan minuman semua tersedia ditempat ini.

0 komentar:

Posting Komentar